Jumat, 07 Desember 2012
BOCOR HALUS TAPI KELILING
Pengalaman pribadi saya menjadi inspirasi untuk menggambarkan keadaan atau situasi bernegara saat ini. Ketika saya dengan mengendarai sepeda motor menuju kantor tiba-tiba sepeda motor saya sulit dikendalikan dan terdengar bunyi suara stssssssssss, ternyata roda belakang telah kempes.Diseputar kejadiaan tidak ada bengkel, dan untuk menggiring sepeda motor menuju tambal ban serasa berat karena jauh. Maka dengan nekad sepeda motor saya naiki meskipun ban sudah kempes dan hasilnya setelah sampai di bengkel dan dibuka dengan maksud menempel keadaan terdapat lobang-lobang kecil melingkar mengikuti bulatan ban disebut "Bocor Halus Tapi keliling " artinya Ban dalam harus diganti karena biaya menempel semua lobang jauh lebih mahal dari membeli ban dalam yang baru.
Kehidupan berbangsa dan bernegara kurang lebih kondisinya saat ini sama seperti keadaan ban bocor halus tapi keliling, dalam segala asfek kehidupan di negara yang kita cintai ini bocor artinya jika kita meminjam istilah IPOLEKSOSBUDHANKAM maka kita dapat memastikan dari aspek idiologi bangsa Indonesia telah kehilangan kepribadian, kehilangan arah dan tujuan kita terjebak idiologi liberal, dari aspek politik demikian juga adanya "suara rakyat, suara Tuhan" berubah menjadi suara rakyat suara uang", aspek ekonomi sangat memprihatinkan, prilaku korup menjadikan bangsa ini terjerat utang sampai ke anak cucu, budaya leluhur ditinggalkan setelah di claim negara tetangga kita hanya ribut saja,Untuk Pertahanan Keamanan sudah pasti diragukan karena teroris dimana-mana, beribadah saja tidak aman.
Sabtu, 22 September 2012
NAIK PANGGUNG TANPA PERSIAPAN AKAN TURUN TANPA TEPUK TANGAN
Kalimat ini terucap dari seorang tokoh masyarakat Toba Samosir yang biasa disapa dengan panggilan Oppung Uban marga Simanjuntak. Beliau mengingatkan generasi muda untuk senantisa mempersiapkan diri dalam segala situasi.
Lebih lanjut Oppung UBAN menjelaskan mengapa banyak orang gerogi bahkan tidak sanggup dalam mengucapkan kata sambutan, berdoa atau bertindak dalam suatu acara?, itu dikarenakan yang bersangkutan tidak pernah berpikir IF I WARE ( JIKA SAYA )artinya membiasakan diri mendengar orang lain dalam berpidato, berdoa, berbicara pada setiap moment sehingga pada moment yang sama jika dihunjuk atau harus menyatakan pendapat, memimpin doa, bahkan berpidato maka banyangan, ingatan akan apa yang harus diucapkan, apa yang harus dilakukan, bagaimana mimik menyatakan sudah menjadi modal bagi kita sehingga kita tidak akan gerogi, atau gagal dalam melakukan sesuatu. Pengertian lain dari kalimat "NAIK PANGGUNG TANPA PERSIAPAN AKAN TURUN TANPA TEPUK TANGAN " adalah betapa pentingnya persiapan diri, perencanaan, keseriusan dalam mengamati, mendengarkan, menganalisa, mengingat dan melakukan sesuatu.
Lebih lanjut Oppung UBAN menjelaskan mengapa banyak orang gerogi bahkan tidak sanggup dalam mengucapkan kata sambutan, berdoa atau bertindak dalam suatu acara?, itu dikarenakan yang bersangkutan tidak pernah berpikir IF I WARE ( JIKA SAYA )artinya membiasakan diri mendengar orang lain dalam berpidato, berdoa, berbicara pada setiap moment sehingga pada moment yang sama jika dihunjuk atau harus menyatakan pendapat, memimpin doa, bahkan berpidato maka banyangan, ingatan akan apa yang harus diucapkan, apa yang harus dilakukan, bagaimana mimik menyatakan sudah menjadi modal bagi kita sehingga kita tidak akan gerogi, atau gagal dalam melakukan sesuatu. Pengertian lain dari kalimat "NAIK PANGGUNG TANPA PERSIAPAN AKAN TURUN TANPA TEPUK TANGAN " adalah betapa pentingnya persiapan diri, perencanaan, keseriusan dalam mengamati, mendengarkan, menganalisa, mengingat dan melakukan sesuatu.
Jumat, 09 September 2011
JIKA SAYA KEPALA DINAS PENDIDIKAN
Terinspirasi dari buku "BERPIKIR SEPERTI PEMIMPIN" dimana salah satu halaman buku tersebut menjelaskan bahwa seorang pemimpin dalam setiap detik harus menghayalkan apa yang harus diperbuat nanti dan setelah itu, maka saya mencobaeperti memposisikan diri seperti isi buku tersebut.Banyak orang berbisik bahkan bersuara lantang dengan kalimat HARUSNYA KEPALA DINAS PEDIDIKAN BEGINI,BEGITU, BUKAN DIA DAN BUKAN SI ITU.Mendengar suara-suara lantang tersebut maka saya berpikir SEBENARNYA SEORANG KEPALA DINAS PENDIDIKAN HARUS BAGAIMANA?
Sesuai dengan judul diatas maka menurut saya seorang kepala dinas harus melakukan kegiatan:
1.ANALISIS SWOT (Strengths/Kekuatan, Weaknesses/Kelemahan, Opportunities/Peluang, Threats/Tantangan) terhadap Pendidikan dalam Jajaran Wilayah Kabupaten Toba Samosir
Dengan data hasil analisis SWOT maka jelas kondisi awal saya berada, apa yang harus dilakukan, kearahmana harus dibawa dan samapai dimana target yang diharapkan.
2.Melakukan Kajian Perundangan Pendidikan sebagai Dasar penyusunan program.
3.Menyusun Program bersama steak holder yang ada, agar jelas sosialisasi dan pengorganisasiannya serta pembentukan komitmen masyarakat TOBASA untuk kemajuan Pendidikan tentunya dengan target yang jelas dalam pencapaiannya.
4.Melakukan Optimalisasi terhadap sumber daya dan sumber dana yang ada
5.Melaksanakan Program dan Kontrol atau Evaluasi terhadap Pencapaian Tujuan
6.Mengejar ketertinggalan mutu pendidikan dengan pemanfaatan teknologi
7.Menciptakan iklim kompetisi dalam dunia pendidikan
8.Membentuk kultur pendidikan berbasis karakter Keimanan, Kecintaan, serta Patriotisme
9.Menjadikan Personal Dinas Pendidikan Teladan dalam kepedulian membangun daerah TOBASA dan Banyak lagi dengan cara MEMBERIKAN HATI SAYA UNTUK TERUS B ERPIKIR DAN BERINOVASI UNTUK PERCEPATAN KEMAJUAN PENDIDIKAN TOBASA.
5.
Sesuai dengan judul diatas maka menurut saya seorang kepala dinas harus melakukan kegiatan:
1.ANALISIS SWOT (Strengths/Kekuatan, Weaknesses/Kelemahan, Opportunities/Peluang, Threats/Tantangan) terhadap Pendidikan dalam Jajaran Wilayah Kabupaten Toba Samosir
Dengan data hasil analisis SWOT maka jelas kondisi awal saya berada, apa yang harus dilakukan, kearahmana harus dibawa dan samapai dimana target yang diharapkan.
2.Melakukan Kajian Perundangan Pendidikan sebagai Dasar penyusunan program.
3.Menyusun Program bersama steak holder yang ada, agar jelas sosialisasi dan pengorganisasiannya serta pembentukan komitmen masyarakat TOBASA untuk kemajuan Pendidikan tentunya dengan target yang jelas dalam pencapaiannya.
4.Melakukan Optimalisasi terhadap sumber daya dan sumber dana yang ada
5.Melaksanakan Program dan Kontrol atau Evaluasi terhadap Pencapaian Tujuan
6.Mengejar ketertinggalan mutu pendidikan dengan pemanfaatan teknologi
7.Menciptakan iklim kompetisi dalam dunia pendidikan
8.Membentuk kultur pendidikan berbasis karakter Keimanan, Kecintaan, serta Patriotisme
9.Menjadikan Personal Dinas Pendidikan Teladan dalam kepedulian membangun daerah TOBASA dan Banyak lagi dengan cara MEMBERIKAN HATI SAYA UNTUK TERUS B ERPIKIR DAN BERINOVASI UNTUK PERCEPATAN KEMAJUAN PENDIDIKAN TOBASA.
5.
Kamis, 13 Mei 2010
PILKADA TOBASA
Setelah lebih kurang tiga bulan rakyat Toba Samosir di sibukkan dengan wacana siapa orang nomor 1 di kabupaten Toba Samosir, akhirnya pada hari rabu tanggal 12 Mei 2010
pukul 14.00 Wib, berdasarkan hasil quickcount ( penghitungan cepat ) versi "PUSAT INFORMASI KALIBER " Terbentang hasil Pilkada Tobasa dengan persentase 43,60 % untuk kemenangan kandidat "KALIBER".
Informasi kemenangan cepat tersiar, maka kabar tersebut menggerakkan masyarakat untuk memberikan ucapan selamat kepada kandidat. Seiring dengan ucapan selamat kepada kandidat maka dapat diprediksi akan berbuntut pada cerita upaya, jasa yang diperbuat untuk kemenangan KALIBER , kita tidak tahu apakah benar demikian atau tidak sama sekali.
Salah satu Cultur yang lahir setelah otonomi daerah adalah ganti bupati maka ganti kabinet, ganti pemborong, ganti segalanya.Berdasarkan cultur yang lahir tersebut maka upaya yang dilakukan oleh teman-teman PNS adalah mengharap imbalan jasa dukungan, berbentuk jabatan.
Dari kenyataan ini, jika kandidat terpilih tidak bijak maka dapat diprediksi tidak akan ada perubahan artinya PILKADA Toba Samosir hanya untuk ganti person dalam kabinet tanpa perubahan ke arah yang lebih baik.
KALIBER, KALIBER, KALIBER konsistenlah dengan visi dan misimu. ciptakan budaya kompetisi menuju " The right men in The right plase" Jangan terlena dengan perasaan berjasa dari PNS, tapi tolong lihat kompetensi dan kompetisinya.
pukul 14.00 Wib, berdasarkan hasil quickcount ( penghitungan cepat ) versi "PUSAT INFORMASI KALIBER " Terbentang hasil Pilkada Tobasa dengan persentase 43,60 % untuk kemenangan kandidat "KALIBER".
Informasi kemenangan cepat tersiar, maka kabar tersebut menggerakkan masyarakat untuk memberikan ucapan selamat kepada kandidat. Seiring dengan ucapan selamat kepada kandidat maka dapat diprediksi akan berbuntut pada cerita upaya, jasa yang diperbuat untuk kemenangan KALIBER , kita tidak tahu apakah benar demikian atau tidak sama sekali.
Salah satu Cultur yang lahir setelah otonomi daerah adalah ganti bupati maka ganti kabinet, ganti pemborong, ganti segalanya.Berdasarkan cultur yang lahir tersebut maka upaya yang dilakukan oleh teman-teman PNS adalah mengharap imbalan jasa dukungan, berbentuk jabatan.
Dari kenyataan ini, jika kandidat terpilih tidak bijak maka dapat diprediksi tidak akan ada perubahan artinya PILKADA Toba Samosir hanya untuk ganti person dalam kabinet tanpa perubahan ke arah yang lebih baik.
KALIBER, KALIBER, KALIBER konsistenlah dengan visi dan misimu. ciptakan budaya kompetisi menuju " The right men in The right plase" Jangan terlena dengan perasaan berjasa dari PNS, tapi tolong lihat kompetensi dan kompetisinya.
Rabu, 05 Mei 2010
MENGEJAR KEBAHAGIAAN
Kebahagiaan itu hadir ketika kita melakukan apa yang menjadi kewajiban kita dalam hidup. Seekor anjing kecil berputar mengejar ekornya dengan maksud menggoyangkannya hingga mengibass dan diyakini itulah kebahagian itu, karena menurut anjing kecil tersebut kebahagiaan atau kesenangan anjing ditandai dengan kibasan ekornya.Anjing kecil itu berputar dan terus berputar sampai berulangkali ia jatuh, terbentur dan jatuh lagi. Disela kesibukan anjing kecil itu mengejar ekornya, seekor induk anjing tua terperangah dan lalu menghampirinya, anjing itu berseru " Untuk apa kamu berputar mengejar ekormu???
Dengan Penuh keyakinan akan usahanya mengejar kebahagiaan dengan ,menggerakkan ekornya , anjing kecil itu berkata " Aku sedang mengejar kebahagiaan.Bukankah kebahagiaan seekor anjing ditandai dengan kibasan ekornya???. Kemudiaan dengan perenungannya tentang kebahagiaan sepanjang hayatnya, induk anjing itu meminta anak anjing itu untuk berhenti dan mendengarkannya.
Sesungguhnya apa yang kamu pahami tentang kebahagiaan itu salah.Kibasan ekor itu hanyalah simbol, sesungguhnya gerakan ekor tersebut lahir dari proses pencapaian sesuatu hingga melahirkan kebahagiaan dalam diri seekor anjing yang kemudian dengan sendirinya mengerakkan ekornya.
Illustrasi diatas acap kali terjadi pada manusia, jalan pintas untuk segala hal adalah gambaran prilaku yang banyak dilakukan oleh manusia jaman sekarang dalam kehidupannya, sehingga acapkali melahirkan malapetaka.Orang yang tidak mengerti akan kebahagiaan kemudiaan mencari kesenangan semu dengan alkohol, narkoba, selingkuh dan sebagainya.
Sesungguhnya letak kebahagiaan itu adalah dalam diri kita sendiri yakni bagamana kita dengan gigih berjuang dalam kehidupan ini dalam segala hal dengan benar maka kebahagiaan itu akan lahir.
Dengan Penuh keyakinan akan usahanya mengejar kebahagiaan dengan ,menggerakkan ekornya , anjing kecil itu berkata " Aku sedang mengejar kebahagiaan.Bukankah kebahagiaan seekor anjing ditandai dengan kibasan ekornya???. Kemudiaan dengan perenungannya tentang kebahagiaan sepanjang hayatnya, induk anjing itu meminta anak anjing itu untuk berhenti dan mendengarkannya.
Sesungguhnya apa yang kamu pahami tentang kebahagiaan itu salah.Kibasan ekor itu hanyalah simbol, sesungguhnya gerakan ekor tersebut lahir dari proses pencapaian sesuatu hingga melahirkan kebahagiaan dalam diri seekor anjing yang kemudian dengan sendirinya mengerakkan ekornya.
Illustrasi diatas acap kali terjadi pada manusia, jalan pintas untuk segala hal adalah gambaran prilaku yang banyak dilakukan oleh manusia jaman sekarang dalam kehidupannya, sehingga acapkali melahirkan malapetaka.Orang yang tidak mengerti akan kebahagiaan kemudiaan mencari kesenangan semu dengan alkohol, narkoba, selingkuh dan sebagainya.
Sesungguhnya letak kebahagiaan itu adalah dalam diri kita sendiri yakni bagamana kita dengan gigih berjuang dalam kehidupan ini dalam segala hal dengan benar maka kebahagiaan itu akan lahir.
Pengembangan Pendidikan Dengan Peningkatan Kompetensi Guru
Pengembangan Pendidikan Dengan Peningkatan Kompetensi Guru
Oleh : Eston Sihotang,S.Pd
I. Pendahuluan
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan negara yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD1945, ini memberi gambaran bahwa founding father ( pendiri negara ) kita telah menyadari betapa pentingnya pembangunan pendidikan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Dengan proklamasi 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah melangkah dari titik start menuju pencapaian cita-cita yang telah ditetapkan, fase demi fase telah dilampaui akan tetapi tak kunjung mampu untuk sekedar memberi goresan yang jelas tentang arah pembangunan pendidikan di Indonesia, banyak orang berpendapat penyebabnya karena pembangunan pendidikan di Indonesia berpola uji-coba, ganti menteri ganti program tanpa kesinambungan. Setelah menuai kegagalan dari sekian banyak program pembangunan pendidikan dewasa ini pemerintah kembali menetapkan berbagai kebijakan sekaitan dengan upaya pembangunan pendidikan di Indonesia antara lain berbentuk BOS ( Bantuan Operasinal Sekolah ), Sertifikasi guru, Block Grant, dan lain-lain, Benarkah kebijakan ini akan meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia?.
II.Sertifikasi Guru
Ketika kita ingin mengetahui latar belakang kebijakan pemerintah melalaui website departemen pendidikan nasional akan kita temui statment tertulis seperti dibawah ini ; ’”Mengingat guru menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan nasional. Utamanya dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal maka pemerintah menetapkan suatu program yang bertujuan mewujudkan ”Guru sebagai Profesi ” yang ditempuh dengan cara melakukan sertifikasi terhadap guru.
Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru. Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru”.
Setelah pelaksanaan sertifikasi diikuti oleh guru yang terbagi dalam beberapa gelombang berdasarkan kuota unit kerja dengan melihat masa kerja, timbul berbagai masalah baik berupa kecurangan dalam portofolio/pemalsuan sertifikat, kerancuan dalam masa kerja sampai kepada kelucuan dengan munculnya kebijakan menciptakan guru yang profesional dalam hitungan belajar/pelatihan hanya empat belas hari artinya kebijakan pemerintah dalam hal ini kembali melahirkan keraguan kita akan keberhasilan pengembangan pendidikan di Indonesia.
III. Pengembangan Kompetensi Guru dengan Kompetisi
Acara televisi yang disuguhkan dewasa ini berupa kompetisi dalam melantunkan lagu yang dikemas sedemikian rupa melahirkan inspirasi penulis dalam pengembangan kompetensi guru, jika pemerintah benar-benar komit dalam pengembangan kompetensi guru alangkah baiknya menerapkan kompetisi terhadap guru yang kita yakini akan melahirkan kesadaran terhadap guru untuk berbenah diri .Penerapan kompetisi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan jenjang misalnya dalam kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, pengembangan profesi, peningkatan jenjang akademik dan lain-lain.
Berdasarkan pengamatan penulis selama kurun waktu 15 tahun menjadi guru, mandeknya daya kreasi dan inovasi guru salah satunya disebabkan tidak adanya jaminan, reword bagi guru yang telah berbuat, artinya guru, tanpa membedakan malas atau rajin, inovatif atau tidak, jika ingin naik pangkat silahkan sisipkan amplop, maka acapkali guru yang jujur terbentur dalam birokrasi sedangkan guru yang cerdik akan cepat mewujudkan keinginannya.
Diera otonomi daerah dewasa ini, ketika keputusan berpusat pada bupati/walikota kejanggalan-kejanggalan semakin jelas, ketika kita mendengar, membaca dan melihat dunia pendidikan telah terkontaminasi dengan politik praktis, kegiatan menjadi team sukses lebih menjanjikan pengembangan profesi dibanding berkreasi dan berinovasi.maka ’’ the right man in the right pleace’’ akan sulit kita temukan, pada masa sekarang jabatan fungsional guru cenderung ditinggalkan jika punya peluang meraih jabatan struktural, maka kita setiap hari dapat menjumpai bapak camat dengan bed nama gelar S.Pd ( sarjana pendidikan ).
Dari paparan diatas jelas bagi kita kompetisi adalah kegiatan yang harus dilakukan jika kita ingin meningkatkan kompetensi guru, dengan demikian akan terbentuk kwalitas guru sesuai dengan perkembangan tantangan jaman. Pola sertifikasi sebagai kebijakan baru dengan harapan pembentukan guru yang profesional kurang efektif karen sangat membuka peluang untuk curang dan tidak melahirkan motivasi bagu guru untuk berbenah diri karena pada akhirnya akan lulus sertifikasi.
IV. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ( LPTK )
Pembangunan Pendidikan kurang berhasil di Indonesia jika tidak ingin kita sebut gagal, salah satu komponen yang perlu mendapat kajian ulang adalah LPTK , sejauhmana lembaga ini telah membenahi produknya yakni calon guru dengan tuntutan kompetensinya diera teknologi dan komunikasi.
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) sebagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan di masa lampau dalam proses pembentukan mahasiswa menyandang gelar sarjana pendidikan kurang memperhatikan relevansi lulusannya dengan lapangan kerja, kompetensi lulusannya dengan tuntutan perkembangan jaman. Penulis sebagai alumni sangat prihatin dengan besarnya pengangguran untuk jurusan bahasa asing seperti bahasa prancis, jerman karena ternyata pemerintah tidak pernah menerima jurusan tersebut dalam seleksi calon pegawai negeri karena kurikulum dalam beberaba dekade tidak membutuhkan tenaga pendidik untuk bahasa asing.
Masalah lain yang muncul ketika alumni LPTK bekerja sebagai guru mereka tidak memiliki kompetensi dalam bidang teknologi dan informasi antara lain kemampuan dalam penyusunan, penggunaan media berbasis teknologi dan informasi. Demikian segelintir contoh kelemahan yang dapat kita lihat dari sekian banyak kendala dan kelemahan yang kita temui ketika kita melakukan bimbingan terhadap mahasiswa IKIP yang melakukan praktek kerja lapangan ( PPL ), ’’Mengapa demikian ’’? Jawabnya untuk menjadi guru memang tidak cukup dibekali hanya dengan diktat dan tugas-tugas berbentuk makalah lalu diluluskan dengan indeks prestasi yang tinggi.
V. Kesimpulan
Mengingat mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan negara pemerintah perlu mengkaji dan menetapkan startegi yang jelas, melakukan analisis SWOT ( strengths: kekuatan, weaknesses : kelemahan, oportunities : kesempatan dan threats : ancaman ) dalam bidang pendidikan untuk dapat menetapkan kebijakan dalam pembangunan pendidikan itu sendiri. Berdasarkan pengamatan penulis ada berbagai kelemahan kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan dimasa lalu, antara lain :
1. Pemerintah belum menjadikan pembangunan pendidikan sebagai perioritas terbukti dari anggaran yang dikucurkan belum sesuai dengan amanat konstitusi.
2. Pemerintah memberi perhatian yang cukup besar untuk institusi akademi militer, akademi kepolisian, STAN, STPDN dan lain-lain.Ketatnya seleksi untuk masuk, lengkapnya sarana-prasarana, serta jaminan penempatan dan kesejahteraan alumni menjadikan institusi ini pilihan favorit bagi calon mahasiswa. Berbeda halnya dengan LPTK, lembaga ini menjadi pilihan terakhir bagi calon mahasiswa karena kurang menjanjikan dalam segala hal serta dianggap kurang bergengsi.
3. Kebijakan sertifikasi guru dengan janji peningkatan kesejahteraan menuai banyak masalah dan kurang berarti dalam upaya peningkatan kompetensi guru karena dalam pelaksanaannya syarat dengan kecurangan, serta tidak membangkitkan motivasi guru untuk berbenah diri karena meskipun melalui seleksi poirtopolio gagal pada akhirnya semua akan lulus dengan pelatihan yang sangat singkat dan hasilnya dianggap sama yakni guru profesional.
4. Otonomi daerah hendaknya dijadikan sebagai motivasi pengembangan pendidikan didaerah sesuai dengan pola yang dianggap dapat memacu pencapaian tujuan artinya kewenangan yang begitu besar diberikan kepada kepala daerah jangan dijadikan sebagai kendaraan politik dengan mengajak pendidik dan tenaga kependidikan menjadi ”team sucsess” yang ingin sukses dalam karirnya.Penempatan guru, perekrutan pejabat pendidikan dan tenaga kependidikan harus benar-benar sesuai dengan kompetensi dan selalu berbasis kompetisi. Dengan demikian akan mendukung pengembagan pendidikan di berbagai daerah.
5. Pemanfaatan dana pendidikan yang tersedia harus benar-benar swakelola sehingga akan lebih mengena dan relevan serta menopang visi dan misi satuan kerja dalam lingkup pendidikan, sehingga dapat dimanfaatkan se-efisien mungkin. Selama ini kita selalu mempertanyakan kesesuaian anggaran pendidikan dengan hasilnya artinya dana pendidikan dapat digambarkan seperti batu es, yang meleleh pada setiap tangan yang disinggahi sehingga batu es tersebut semakin lama akan semakin mengecil tergantung seberapa banyak tangan yang harus disinggahi.
Demikian masalah kebijakan pemerintah yang dengan kasat mata dapat kita lihat dalam dunia pendidikan di Indonesia dan telah berlangsung lama tanpa upaya perbaikan. Ketika kita bicara tentang ketertinggalan kita dalam pembangunan pendidikan bila dihadapkan dengan negara lain maka pihak-pihak yang berkompeten selalu menyudutkan guru padahal jika kita kaji lebih dalam banyak faktor yang menyebabkan kita kurang berhasil dalam pengembangan pendidikan. Untuk itu mari kita lahirkan komitmen untuk membangun pendidikan di indonesia dengan melakukan pembenahan terhadap kekeliruan dima lampau. Pemerintah perlu mengkaji ulang berbagai kebijakan dalam dunia pendidikan di Indonesia sebelum terlambat.
Oleh : Eston Sihotang,S.Pd
I. Pendahuluan
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan negara yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD1945, ini memberi gambaran bahwa founding father ( pendiri negara ) kita telah menyadari betapa pentingnya pembangunan pendidikan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Dengan proklamasi 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah melangkah dari titik start menuju pencapaian cita-cita yang telah ditetapkan, fase demi fase telah dilampaui akan tetapi tak kunjung mampu untuk sekedar memberi goresan yang jelas tentang arah pembangunan pendidikan di Indonesia, banyak orang berpendapat penyebabnya karena pembangunan pendidikan di Indonesia berpola uji-coba, ganti menteri ganti program tanpa kesinambungan. Setelah menuai kegagalan dari sekian banyak program pembangunan pendidikan dewasa ini pemerintah kembali menetapkan berbagai kebijakan sekaitan dengan upaya pembangunan pendidikan di Indonesia antara lain berbentuk BOS ( Bantuan Operasinal Sekolah ), Sertifikasi guru, Block Grant, dan lain-lain, Benarkah kebijakan ini akan meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia?.
II.Sertifikasi Guru
Ketika kita ingin mengetahui latar belakang kebijakan pemerintah melalaui website departemen pendidikan nasional akan kita temui statment tertulis seperti dibawah ini ; ’”Mengingat guru menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan nasional. Utamanya dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal maka pemerintah menetapkan suatu program yang bertujuan mewujudkan ”Guru sebagai Profesi ” yang ditempuh dengan cara melakukan sertifikasi terhadap guru.
Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru. Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru”.
Setelah pelaksanaan sertifikasi diikuti oleh guru yang terbagi dalam beberapa gelombang berdasarkan kuota unit kerja dengan melihat masa kerja, timbul berbagai masalah baik berupa kecurangan dalam portofolio/pemalsuan sertifikat, kerancuan dalam masa kerja sampai kepada kelucuan dengan munculnya kebijakan menciptakan guru yang profesional dalam hitungan belajar/pelatihan hanya empat belas hari artinya kebijakan pemerintah dalam hal ini kembali melahirkan keraguan kita akan keberhasilan pengembangan pendidikan di Indonesia.
III. Pengembangan Kompetensi Guru dengan Kompetisi
Acara televisi yang disuguhkan dewasa ini berupa kompetisi dalam melantunkan lagu yang dikemas sedemikian rupa melahirkan inspirasi penulis dalam pengembangan kompetensi guru, jika pemerintah benar-benar komit dalam pengembangan kompetensi guru alangkah baiknya menerapkan kompetisi terhadap guru yang kita yakini akan melahirkan kesadaran terhadap guru untuk berbenah diri .Penerapan kompetisi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan jenjang misalnya dalam kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, pengembangan profesi, peningkatan jenjang akademik dan lain-lain.
Berdasarkan pengamatan penulis selama kurun waktu 15 tahun menjadi guru, mandeknya daya kreasi dan inovasi guru salah satunya disebabkan tidak adanya jaminan, reword bagi guru yang telah berbuat, artinya guru, tanpa membedakan malas atau rajin, inovatif atau tidak, jika ingin naik pangkat silahkan sisipkan amplop, maka acapkali guru yang jujur terbentur dalam birokrasi sedangkan guru yang cerdik akan cepat mewujudkan keinginannya.
Diera otonomi daerah dewasa ini, ketika keputusan berpusat pada bupati/walikota kejanggalan-kejanggalan semakin jelas, ketika kita mendengar, membaca dan melihat dunia pendidikan telah terkontaminasi dengan politik praktis, kegiatan menjadi team sukses lebih menjanjikan pengembangan profesi dibanding berkreasi dan berinovasi.maka ’’ the right man in the right pleace’’ akan sulit kita temukan, pada masa sekarang jabatan fungsional guru cenderung ditinggalkan jika punya peluang meraih jabatan struktural, maka kita setiap hari dapat menjumpai bapak camat dengan bed nama gelar S.Pd ( sarjana pendidikan ).
Dari paparan diatas jelas bagi kita kompetisi adalah kegiatan yang harus dilakukan jika kita ingin meningkatkan kompetensi guru, dengan demikian akan terbentuk kwalitas guru sesuai dengan perkembangan tantangan jaman. Pola sertifikasi sebagai kebijakan baru dengan harapan pembentukan guru yang profesional kurang efektif karen sangat membuka peluang untuk curang dan tidak melahirkan motivasi bagu guru untuk berbenah diri karena pada akhirnya akan lulus sertifikasi.
IV. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ( LPTK )
Pembangunan Pendidikan kurang berhasil di Indonesia jika tidak ingin kita sebut gagal, salah satu komponen yang perlu mendapat kajian ulang adalah LPTK , sejauhmana lembaga ini telah membenahi produknya yakni calon guru dengan tuntutan kompetensinya diera teknologi dan komunikasi.
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) sebagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan di masa lampau dalam proses pembentukan mahasiswa menyandang gelar sarjana pendidikan kurang memperhatikan relevansi lulusannya dengan lapangan kerja, kompetensi lulusannya dengan tuntutan perkembangan jaman. Penulis sebagai alumni sangat prihatin dengan besarnya pengangguran untuk jurusan bahasa asing seperti bahasa prancis, jerman karena ternyata pemerintah tidak pernah menerima jurusan tersebut dalam seleksi calon pegawai negeri karena kurikulum dalam beberaba dekade tidak membutuhkan tenaga pendidik untuk bahasa asing.
Masalah lain yang muncul ketika alumni LPTK bekerja sebagai guru mereka tidak memiliki kompetensi dalam bidang teknologi dan informasi antara lain kemampuan dalam penyusunan, penggunaan media berbasis teknologi dan informasi. Demikian segelintir contoh kelemahan yang dapat kita lihat dari sekian banyak kendala dan kelemahan yang kita temui ketika kita melakukan bimbingan terhadap mahasiswa IKIP yang melakukan praktek kerja lapangan ( PPL ), ’’Mengapa demikian ’’? Jawabnya untuk menjadi guru memang tidak cukup dibekali hanya dengan diktat dan tugas-tugas berbentuk makalah lalu diluluskan dengan indeks prestasi yang tinggi.
V. Kesimpulan
Mengingat mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan negara pemerintah perlu mengkaji dan menetapkan startegi yang jelas, melakukan analisis SWOT ( strengths: kekuatan, weaknesses : kelemahan, oportunities : kesempatan dan threats : ancaman ) dalam bidang pendidikan untuk dapat menetapkan kebijakan dalam pembangunan pendidikan itu sendiri. Berdasarkan pengamatan penulis ada berbagai kelemahan kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan dimasa lalu, antara lain :
1. Pemerintah belum menjadikan pembangunan pendidikan sebagai perioritas terbukti dari anggaran yang dikucurkan belum sesuai dengan amanat konstitusi.
2. Pemerintah memberi perhatian yang cukup besar untuk institusi akademi militer, akademi kepolisian, STAN, STPDN dan lain-lain.Ketatnya seleksi untuk masuk, lengkapnya sarana-prasarana, serta jaminan penempatan dan kesejahteraan alumni menjadikan institusi ini pilihan favorit bagi calon mahasiswa. Berbeda halnya dengan LPTK, lembaga ini menjadi pilihan terakhir bagi calon mahasiswa karena kurang menjanjikan dalam segala hal serta dianggap kurang bergengsi.
3. Kebijakan sertifikasi guru dengan janji peningkatan kesejahteraan menuai banyak masalah dan kurang berarti dalam upaya peningkatan kompetensi guru karena dalam pelaksanaannya syarat dengan kecurangan, serta tidak membangkitkan motivasi guru untuk berbenah diri karena meskipun melalui seleksi poirtopolio gagal pada akhirnya semua akan lulus dengan pelatihan yang sangat singkat dan hasilnya dianggap sama yakni guru profesional.
4. Otonomi daerah hendaknya dijadikan sebagai motivasi pengembangan pendidikan didaerah sesuai dengan pola yang dianggap dapat memacu pencapaian tujuan artinya kewenangan yang begitu besar diberikan kepada kepala daerah jangan dijadikan sebagai kendaraan politik dengan mengajak pendidik dan tenaga kependidikan menjadi ”team sucsess” yang ingin sukses dalam karirnya.Penempatan guru, perekrutan pejabat pendidikan dan tenaga kependidikan harus benar-benar sesuai dengan kompetensi dan selalu berbasis kompetisi. Dengan demikian akan mendukung pengembagan pendidikan di berbagai daerah.
5. Pemanfaatan dana pendidikan yang tersedia harus benar-benar swakelola sehingga akan lebih mengena dan relevan serta menopang visi dan misi satuan kerja dalam lingkup pendidikan, sehingga dapat dimanfaatkan se-efisien mungkin. Selama ini kita selalu mempertanyakan kesesuaian anggaran pendidikan dengan hasilnya artinya dana pendidikan dapat digambarkan seperti batu es, yang meleleh pada setiap tangan yang disinggahi sehingga batu es tersebut semakin lama akan semakin mengecil tergantung seberapa banyak tangan yang harus disinggahi.
Demikian masalah kebijakan pemerintah yang dengan kasat mata dapat kita lihat dalam dunia pendidikan di Indonesia dan telah berlangsung lama tanpa upaya perbaikan. Ketika kita bicara tentang ketertinggalan kita dalam pembangunan pendidikan bila dihadapkan dengan negara lain maka pihak-pihak yang berkompeten selalu menyudutkan guru padahal jika kita kaji lebih dalam banyak faktor yang menyebabkan kita kurang berhasil dalam pengembangan pendidikan. Untuk itu mari kita lahirkan komitmen untuk membangun pendidikan di indonesia dengan melakukan pembenahan terhadap kekeliruan dima lampau. Pemerintah perlu mengkaji ulang berbagai kebijakan dalam dunia pendidikan di Indonesia sebelum terlambat.
Langganan:
Postingan (Atom)