Pendahuluan
Dalam waktu dekat tepatnya 12 Mei 2010 Kabupaten Toba Samosir akan melaksanakan pemilihan kepala daerah. Sejak beberapa bulan lalu baliho kandidiat telah terbajang, program perekrutan team sucses telah dilaksaakan, bahkan menjelang hari pelaksanaan berbagai strategi dari 5 kandidat calon bupati dan wakil bupati periode 2010 -2015 pun telah digelar.
Respon masyarakat
Ketika kita ikut ambil bagian duduk bersama beserta masayarakat awam dengan tradisi duduk nongkrong di warung ( kedai tuak ) yang lebih dikenal dengan sebutan "PARMITU ", dapat dipastikan topik pembicaraan tidak akan luput dari masalah PILKADA. Terlepas apakah obyektif atau tidak akan lahir opini tentang kandidat, bahkan disertai dengan plesetan terhadap nama kandidat yang dudah diketahui ada 5 pasang.Akan tetapi ketika kita ikuti pada akhirnya kesimpulan akan terbentuk bahwa kemenangan terletak pada kemampuan kandidat bagi-bagi uang, dengan bahsa lain " adongdo uangna ???". Tragis, memprihatinkan, barangkali kata-kata ini yang pantas kita ucapkan atas pakta ini, ternyata dari perbuatan-perbuatan elit politik dengan strategy money politik selama ini telah membentuk budaya politik tepatnya budaya politik "PAROKIAL " yakni budaya politik dengan karakter dimana masyarakat tidak peduli dengan siapa dan bagaimana pemerintah artinya rakyat merasa saat pemilihan umum dimana kandidat butuh suara, maka saat inilah rakyat harus menerima bayaran.Rakyat berasumsi siapapun yang menduduki jabatan politis, ketika terpilih dia akan lupa dengan janjinya, dia akan ingkar, dia akan meraup keuntungan besar dari jabatnnya.
Demokrasi Langsung antara harapan dan kenyataan
Rezim ordebaru yang divonis tidak demokratis sarat dengan KKN melatarbelakangi kenginan rakyat untuk melakukan reformasi, rakyat menyambut baik, kemudian pilihan lahir untuk melaksanakan demokrasi langsung dengan asumsi "suara rakyat adalah suara Tuhan ".akan tetapi apa yang terjadi saat ini sungguh jauh dari harapan, money politik menjadi modal untuk menduduki jabatan politis barang kali kita harus merubah stetmen yakni " Suara rakyat adalah suara uang "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar