Terinspirasi dari buku "BERPIKIR SEPERTI PEMIMPIN" dimana salah satu halaman buku tersebut menjelaskan bahwa seorang pemimpin dalam setiap detik harus menghayalkan apa yang harus diperbuat nanti dan setelah itu, maka saya mencobaeperti memposisikan diri seperti isi buku tersebut.Banyak orang berbisik bahkan bersuara lantang dengan kalimat HARUSNYA KEPALA DINAS PEDIDIKAN BEGINI,BEGITU, BUKAN DIA DAN BUKAN SI ITU.Mendengar suara-suara lantang tersebut maka saya berpikir SEBENARNYA SEORANG KEPALA DINAS PENDIDIKAN HARUS BAGAIMANA?
Sesuai dengan judul diatas maka menurut saya seorang kepala dinas harus melakukan kegiatan:
1.ANALISIS SWOT (Strengths/Kekuatan, Weaknesses/Kelemahan, Opportunities/Peluang, Threats/Tantangan) terhadap Pendidikan dalam Jajaran Wilayah Kabupaten Toba Samosir
Dengan data hasil analisis SWOT maka jelas kondisi awal saya berada, apa yang harus dilakukan, kearahmana harus dibawa dan samapai dimana target yang diharapkan.
2.Melakukan Kajian Perundangan Pendidikan sebagai Dasar penyusunan program.
3.Menyusun Program bersama steak holder yang ada, agar jelas sosialisasi dan pengorganisasiannya serta pembentukan komitmen masyarakat TOBASA untuk kemajuan Pendidikan tentunya dengan target yang jelas dalam pencapaiannya.
4.Melakukan Optimalisasi terhadap sumber daya dan sumber dana yang ada
5.Melaksanakan Program dan Kontrol atau Evaluasi terhadap Pencapaian Tujuan
6.Mengejar ketertinggalan mutu pendidikan dengan pemanfaatan teknologi
7.Menciptakan iklim kompetisi dalam dunia pendidikan
8.Membentuk kultur pendidikan berbasis karakter Keimanan, Kecintaan, serta Patriotisme
9.Menjadikan Personal Dinas Pendidikan Teladan dalam kepedulian membangun daerah TOBASA dan Banyak lagi dengan cara MEMBERIKAN HATI SAYA UNTUK TERUS B ERPIKIR DAN BERINOVASI UNTUK PERCEPATAN KEMAJUAN PENDIDIKAN TOBASA.
5.
Jumat, 09 September 2011
Kamis, 13 Mei 2010
PILKADA TOBASA
Setelah lebih kurang tiga bulan rakyat Toba Samosir di sibukkan dengan wacana siapa orang nomor 1 di kabupaten Toba Samosir, akhirnya pada hari rabu tanggal 12 Mei 2010
pukul 14.00 Wib, berdasarkan hasil quickcount ( penghitungan cepat ) versi "PUSAT INFORMASI KALIBER " Terbentang hasil Pilkada Tobasa dengan persentase 43,60 % untuk kemenangan kandidat "KALIBER".
Informasi kemenangan cepat tersiar, maka kabar tersebut menggerakkan masyarakat untuk memberikan ucapan selamat kepada kandidat. Seiring dengan ucapan selamat kepada kandidat maka dapat diprediksi akan berbuntut pada cerita upaya, jasa yang diperbuat untuk kemenangan KALIBER , kita tidak tahu apakah benar demikian atau tidak sama sekali.
Salah satu Cultur yang lahir setelah otonomi daerah adalah ganti bupati maka ganti kabinet, ganti pemborong, ganti segalanya.Berdasarkan cultur yang lahir tersebut maka upaya yang dilakukan oleh teman-teman PNS adalah mengharap imbalan jasa dukungan, berbentuk jabatan.
Dari kenyataan ini, jika kandidat terpilih tidak bijak maka dapat diprediksi tidak akan ada perubahan artinya PILKADA Toba Samosir hanya untuk ganti person dalam kabinet tanpa perubahan ke arah yang lebih baik.
KALIBER, KALIBER, KALIBER konsistenlah dengan visi dan misimu. ciptakan budaya kompetisi menuju " The right men in The right plase" Jangan terlena dengan perasaan berjasa dari PNS, tapi tolong lihat kompetensi dan kompetisinya.
pukul 14.00 Wib, berdasarkan hasil quickcount ( penghitungan cepat ) versi "PUSAT INFORMASI KALIBER " Terbentang hasil Pilkada Tobasa dengan persentase 43,60 % untuk kemenangan kandidat "KALIBER".
Informasi kemenangan cepat tersiar, maka kabar tersebut menggerakkan masyarakat untuk memberikan ucapan selamat kepada kandidat. Seiring dengan ucapan selamat kepada kandidat maka dapat diprediksi akan berbuntut pada cerita upaya, jasa yang diperbuat untuk kemenangan KALIBER , kita tidak tahu apakah benar demikian atau tidak sama sekali.
Salah satu Cultur yang lahir setelah otonomi daerah adalah ganti bupati maka ganti kabinet, ganti pemborong, ganti segalanya.Berdasarkan cultur yang lahir tersebut maka upaya yang dilakukan oleh teman-teman PNS adalah mengharap imbalan jasa dukungan, berbentuk jabatan.
Dari kenyataan ini, jika kandidat terpilih tidak bijak maka dapat diprediksi tidak akan ada perubahan artinya PILKADA Toba Samosir hanya untuk ganti person dalam kabinet tanpa perubahan ke arah yang lebih baik.
KALIBER, KALIBER, KALIBER konsistenlah dengan visi dan misimu. ciptakan budaya kompetisi menuju " The right men in The right plase" Jangan terlena dengan perasaan berjasa dari PNS, tapi tolong lihat kompetensi dan kompetisinya.
Rabu, 05 Mei 2010
MENGEJAR KEBAHAGIAAN
Kebahagiaan itu hadir ketika kita melakukan apa yang menjadi kewajiban kita dalam hidup. Seekor anjing kecil berputar mengejar ekornya dengan maksud menggoyangkannya hingga mengibass dan diyakini itulah kebahagian itu, karena menurut anjing kecil tersebut kebahagiaan atau kesenangan anjing ditandai dengan kibasan ekornya.Anjing kecil itu berputar dan terus berputar sampai berulangkali ia jatuh, terbentur dan jatuh lagi. Disela kesibukan anjing kecil itu mengejar ekornya, seekor induk anjing tua terperangah dan lalu menghampirinya, anjing itu berseru " Untuk apa kamu berputar mengejar ekormu???
Dengan Penuh keyakinan akan usahanya mengejar kebahagiaan dengan ,menggerakkan ekornya , anjing kecil itu berkata " Aku sedang mengejar kebahagiaan.Bukankah kebahagiaan seekor anjing ditandai dengan kibasan ekornya???. Kemudiaan dengan perenungannya tentang kebahagiaan sepanjang hayatnya, induk anjing itu meminta anak anjing itu untuk berhenti dan mendengarkannya.
Sesungguhnya apa yang kamu pahami tentang kebahagiaan itu salah.Kibasan ekor itu hanyalah simbol, sesungguhnya gerakan ekor tersebut lahir dari proses pencapaian sesuatu hingga melahirkan kebahagiaan dalam diri seekor anjing yang kemudian dengan sendirinya mengerakkan ekornya.
Illustrasi diatas acap kali terjadi pada manusia, jalan pintas untuk segala hal adalah gambaran prilaku yang banyak dilakukan oleh manusia jaman sekarang dalam kehidupannya, sehingga acapkali melahirkan malapetaka.Orang yang tidak mengerti akan kebahagiaan kemudiaan mencari kesenangan semu dengan alkohol, narkoba, selingkuh dan sebagainya.
Sesungguhnya letak kebahagiaan itu adalah dalam diri kita sendiri yakni bagamana kita dengan gigih berjuang dalam kehidupan ini dalam segala hal dengan benar maka kebahagiaan itu akan lahir.
Dengan Penuh keyakinan akan usahanya mengejar kebahagiaan dengan ,menggerakkan ekornya , anjing kecil itu berkata " Aku sedang mengejar kebahagiaan.Bukankah kebahagiaan seekor anjing ditandai dengan kibasan ekornya???. Kemudiaan dengan perenungannya tentang kebahagiaan sepanjang hayatnya, induk anjing itu meminta anak anjing itu untuk berhenti dan mendengarkannya.
Sesungguhnya apa yang kamu pahami tentang kebahagiaan itu salah.Kibasan ekor itu hanyalah simbol, sesungguhnya gerakan ekor tersebut lahir dari proses pencapaian sesuatu hingga melahirkan kebahagiaan dalam diri seekor anjing yang kemudian dengan sendirinya mengerakkan ekornya.
Illustrasi diatas acap kali terjadi pada manusia, jalan pintas untuk segala hal adalah gambaran prilaku yang banyak dilakukan oleh manusia jaman sekarang dalam kehidupannya, sehingga acapkali melahirkan malapetaka.Orang yang tidak mengerti akan kebahagiaan kemudiaan mencari kesenangan semu dengan alkohol, narkoba, selingkuh dan sebagainya.
Sesungguhnya letak kebahagiaan itu adalah dalam diri kita sendiri yakni bagamana kita dengan gigih berjuang dalam kehidupan ini dalam segala hal dengan benar maka kebahagiaan itu akan lahir.
Pengembangan Pendidikan Dengan Peningkatan Kompetensi Guru
Pengembangan Pendidikan Dengan Peningkatan Kompetensi Guru
Oleh : Eston Sihotang,S.Pd
I. Pendahuluan
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan negara yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD1945, ini memberi gambaran bahwa founding father ( pendiri negara ) kita telah menyadari betapa pentingnya pembangunan pendidikan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Dengan proklamasi 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah melangkah dari titik start menuju pencapaian cita-cita yang telah ditetapkan, fase demi fase telah dilampaui akan tetapi tak kunjung mampu untuk sekedar memberi goresan yang jelas tentang arah pembangunan pendidikan di Indonesia, banyak orang berpendapat penyebabnya karena pembangunan pendidikan di Indonesia berpola uji-coba, ganti menteri ganti program tanpa kesinambungan. Setelah menuai kegagalan dari sekian banyak program pembangunan pendidikan dewasa ini pemerintah kembali menetapkan berbagai kebijakan sekaitan dengan upaya pembangunan pendidikan di Indonesia antara lain berbentuk BOS ( Bantuan Operasinal Sekolah ), Sertifikasi guru, Block Grant, dan lain-lain, Benarkah kebijakan ini akan meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia?.
II.Sertifikasi Guru
Ketika kita ingin mengetahui latar belakang kebijakan pemerintah melalaui website departemen pendidikan nasional akan kita temui statment tertulis seperti dibawah ini ; ’”Mengingat guru menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan nasional. Utamanya dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal maka pemerintah menetapkan suatu program yang bertujuan mewujudkan ”Guru sebagai Profesi ” yang ditempuh dengan cara melakukan sertifikasi terhadap guru.
Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru. Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru”.
Setelah pelaksanaan sertifikasi diikuti oleh guru yang terbagi dalam beberapa gelombang berdasarkan kuota unit kerja dengan melihat masa kerja, timbul berbagai masalah baik berupa kecurangan dalam portofolio/pemalsuan sertifikat, kerancuan dalam masa kerja sampai kepada kelucuan dengan munculnya kebijakan menciptakan guru yang profesional dalam hitungan belajar/pelatihan hanya empat belas hari artinya kebijakan pemerintah dalam hal ini kembali melahirkan keraguan kita akan keberhasilan pengembangan pendidikan di Indonesia.
III. Pengembangan Kompetensi Guru dengan Kompetisi
Acara televisi yang disuguhkan dewasa ini berupa kompetisi dalam melantunkan lagu yang dikemas sedemikian rupa melahirkan inspirasi penulis dalam pengembangan kompetensi guru, jika pemerintah benar-benar komit dalam pengembangan kompetensi guru alangkah baiknya menerapkan kompetisi terhadap guru yang kita yakini akan melahirkan kesadaran terhadap guru untuk berbenah diri .Penerapan kompetisi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan jenjang misalnya dalam kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, pengembangan profesi, peningkatan jenjang akademik dan lain-lain.
Berdasarkan pengamatan penulis selama kurun waktu 15 tahun menjadi guru, mandeknya daya kreasi dan inovasi guru salah satunya disebabkan tidak adanya jaminan, reword bagi guru yang telah berbuat, artinya guru, tanpa membedakan malas atau rajin, inovatif atau tidak, jika ingin naik pangkat silahkan sisipkan amplop, maka acapkali guru yang jujur terbentur dalam birokrasi sedangkan guru yang cerdik akan cepat mewujudkan keinginannya.
Diera otonomi daerah dewasa ini, ketika keputusan berpusat pada bupati/walikota kejanggalan-kejanggalan semakin jelas, ketika kita mendengar, membaca dan melihat dunia pendidikan telah terkontaminasi dengan politik praktis, kegiatan menjadi team sukses lebih menjanjikan pengembangan profesi dibanding berkreasi dan berinovasi.maka ’’ the right man in the right pleace’’ akan sulit kita temukan, pada masa sekarang jabatan fungsional guru cenderung ditinggalkan jika punya peluang meraih jabatan struktural, maka kita setiap hari dapat menjumpai bapak camat dengan bed nama gelar S.Pd ( sarjana pendidikan ).
Dari paparan diatas jelas bagi kita kompetisi adalah kegiatan yang harus dilakukan jika kita ingin meningkatkan kompetensi guru, dengan demikian akan terbentuk kwalitas guru sesuai dengan perkembangan tantangan jaman. Pola sertifikasi sebagai kebijakan baru dengan harapan pembentukan guru yang profesional kurang efektif karen sangat membuka peluang untuk curang dan tidak melahirkan motivasi bagu guru untuk berbenah diri karena pada akhirnya akan lulus sertifikasi.
IV. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ( LPTK )
Pembangunan Pendidikan kurang berhasil di Indonesia jika tidak ingin kita sebut gagal, salah satu komponen yang perlu mendapat kajian ulang adalah LPTK , sejauhmana lembaga ini telah membenahi produknya yakni calon guru dengan tuntutan kompetensinya diera teknologi dan komunikasi.
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) sebagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan di masa lampau dalam proses pembentukan mahasiswa menyandang gelar sarjana pendidikan kurang memperhatikan relevansi lulusannya dengan lapangan kerja, kompetensi lulusannya dengan tuntutan perkembangan jaman. Penulis sebagai alumni sangat prihatin dengan besarnya pengangguran untuk jurusan bahasa asing seperti bahasa prancis, jerman karena ternyata pemerintah tidak pernah menerima jurusan tersebut dalam seleksi calon pegawai negeri karena kurikulum dalam beberaba dekade tidak membutuhkan tenaga pendidik untuk bahasa asing.
Masalah lain yang muncul ketika alumni LPTK bekerja sebagai guru mereka tidak memiliki kompetensi dalam bidang teknologi dan informasi antara lain kemampuan dalam penyusunan, penggunaan media berbasis teknologi dan informasi. Demikian segelintir contoh kelemahan yang dapat kita lihat dari sekian banyak kendala dan kelemahan yang kita temui ketika kita melakukan bimbingan terhadap mahasiswa IKIP yang melakukan praktek kerja lapangan ( PPL ), ’’Mengapa demikian ’’? Jawabnya untuk menjadi guru memang tidak cukup dibekali hanya dengan diktat dan tugas-tugas berbentuk makalah lalu diluluskan dengan indeks prestasi yang tinggi.
V. Kesimpulan
Mengingat mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan negara pemerintah perlu mengkaji dan menetapkan startegi yang jelas, melakukan analisis SWOT ( strengths: kekuatan, weaknesses : kelemahan, oportunities : kesempatan dan threats : ancaman ) dalam bidang pendidikan untuk dapat menetapkan kebijakan dalam pembangunan pendidikan itu sendiri. Berdasarkan pengamatan penulis ada berbagai kelemahan kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan dimasa lalu, antara lain :
1. Pemerintah belum menjadikan pembangunan pendidikan sebagai perioritas terbukti dari anggaran yang dikucurkan belum sesuai dengan amanat konstitusi.
2. Pemerintah memberi perhatian yang cukup besar untuk institusi akademi militer, akademi kepolisian, STAN, STPDN dan lain-lain.Ketatnya seleksi untuk masuk, lengkapnya sarana-prasarana, serta jaminan penempatan dan kesejahteraan alumni menjadikan institusi ini pilihan favorit bagi calon mahasiswa. Berbeda halnya dengan LPTK, lembaga ini menjadi pilihan terakhir bagi calon mahasiswa karena kurang menjanjikan dalam segala hal serta dianggap kurang bergengsi.
3. Kebijakan sertifikasi guru dengan janji peningkatan kesejahteraan menuai banyak masalah dan kurang berarti dalam upaya peningkatan kompetensi guru karena dalam pelaksanaannya syarat dengan kecurangan, serta tidak membangkitkan motivasi guru untuk berbenah diri karena meskipun melalui seleksi poirtopolio gagal pada akhirnya semua akan lulus dengan pelatihan yang sangat singkat dan hasilnya dianggap sama yakni guru profesional.
4. Otonomi daerah hendaknya dijadikan sebagai motivasi pengembangan pendidikan didaerah sesuai dengan pola yang dianggap dapat memacu pencapaian tujuan artinya kewenangan yang begitu besar diberikan kepada kepala daerah jangan dijadikan sebagai kendaraan politik dengan mengajak pendidik dan tenaga kependidikan menjadi ”team sucsess” yang ingin sukses dalam karirnya.Penempatan guru, perekrutan pejabat pendidikan dan tenaga kependidikan harus benar-benar sesuai dengan kompetensi dan selalu berbasis kompetisi. Dengan demikian akan mendukung pengembagan pendidikan di berbagai daerah.
5. Pemanfaatan dana pendidikan yang tersedia harus benar-benar swakelola sehingga akan lebih mengena dan relevan serta menopang visi dan misi satuan kerja dalam lingkup pendidikan, sehingga dapat dimanfaatkan se-efisien mungkin. Selama ini kita selalu mempertanyakan kesesuaian anggaran pendidikan dengan hasilnya artinya dana pendidikan dapat digambarkan seperti batu es, yang meleleh pada setiap tangan yang disinggahi sehingga batu es tersebut semakin lama akan semakin mengecil tergantung seberapa banyak tangan yang harus disinggahi.
Demikian masalah kebijakan pemerintah yang dengan kasat mata dapat kita lihat dalam dunia pendidikan di Indonesia dan telah berlangsung lama tanpa upaya perbaikan. Ketika kita bicara tentang ketertinggalan kita dalam pembangunan pendidikan bila dihadapkan dengan negara lain maka pihak-pihak yang berkompeten selalu menyudutkan guru padahal jika kita kaji lebih dalam banyak faktor yang menyebabkan kita kurang berhasil dalam pengembangan pendidikan. Untuk itu mari kita lahirkan komitmen untuk membangun pendidikan di indonesia dengan melakukan pembenahan terhadap kekeliruan dima lampau. Pemerintah perlu mengkaji ulang berbagai kebijakan dalam dunia pendidikan di Indonesia sebelum terlambat.
Oleh : Eston Sihotang,S.Pd
I. Pendahuluan
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan negara yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD1945, ini memberi gambaran bahwa founding father ( pendiri negara ) kita telah menyadari betapa pentingnya pembangunan pendidikan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Dengan proklamasi 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah melangkah dari titik start menuju pencapaian cita-cita yang telah ditetapkan, fase demi fase telah dilampaui akan tetapi tak kunjung mampu untuk sekedar memberi goresan yang jelas tentang arah pembangunan pendidikan di Indonesia, banyak orang berpendapat penyebabnya karena pembangunan pendidikan di Indonesia berpola uji-coba, ganti menteri ganti program tanpa kesinambungan. Setelah menuai kegagalan dari sekian banyak program pembangunan pendidikan dewasa ini pemerintah kembali menetapkan berbagai kebijakan sekaitan dengan upaya pembangunan pendidikan di Indonesia antara lain berbentuk BOS ( Bantuan Operasinal Sekolah ), Sertifikasi guru, Block Grant, dan lain-lain, Benarkah kebijakan ini akan meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia?.
II.Sertifikasi Guru
Ketika kita ingin mengetahui latar belakang kebijakan pemerintah melalaui website departemen pendidikan nasional akan kita temui statment tertulis seperti dibawah ini ; ’”Mengingat guru menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan nasional. Utamanya dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal maka pemerintah menetapkan suatu program yang bertujuan mewujudkan ”Guru sebagai Profesi ” yang ditempuh dengan cara melakukan sertifikasi terhadap guru.
Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru. Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru”.
Setelah pelaksanaan sertifikasi diikuti oleh guru yang terbagi dalam beberapa gelombang berdasarkan kuota unit kerja dengan melihat masa kerja, timbul berbagai masalah baik berupa kecurangan dalam portofolio/pemalsuan sertifikat, kerancuan dalam masa kerja sampai kepada kelucuan dengan munculnya kebijakan menciptakan guru yang profesional dalam hitungan belajar/pelatihan hanya empat belas hari artinya kebijakan pemerintah dalam hal ini kembali melahirkan keraguan kita akan keberhasilan pengembangan pendidikan di Indonesia.
III. Pengembangan Kompetensi Guru dengan Kompetisi
Acara televisi yang disuguhkan dewasa ini berupa kompetisi dalam melantunkan lagu yang dikemas sedemikian rupa melahirkan inspirasi penulis dalam pengembangan kompetensi guru, jika pemerintah benar-benar komit dalam pengembangan kompetensi guru alangkah baiknya menerapkan kompetisi terhadap guru yang kita yakini akan melahirkan kesadaran terhadap guru untuk berbenah diri .Penerapan kompetisi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan jenjang misalnya dalam kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, pengembangan profesi, peningkatan jenjang akademik dan lain-lain.
Berdasarkan pengamatan penulis selama kurun waktu 15 tahun menjadi guru, mandeknya daya kreasi dan inovasi guru salah satunya disebabkan tidak adanya jaminan, reword bagi guru yang telah berbuat, artinya guru, tanpa membedakan malas atau rajin, inovatif atau tidak, jika ingin naik pangkat silahkan sisipkan amplop, maka acapkali guru yang jujur terbentur dalam birokrasi sedangkan guru yang cerdik akan cepat mewujudkan keinginannya.
Diera otonomi daerah dewasa ini, ketika keputusan berpusat pada bupati/walikota kejanggalan-kejanggalan semakin jelas, ketika kita mendengar, membaca dan melihat dunia pendidikan telah terkontaminasi dengan politik praktis, kegiatan menjadi team sukses lebih menjanjikan pengembangan profesi dibanding berkreasi dan berinovasi.maka ’’ the right man in the right pleace’’ akan sulit kita temukan, pada masa sekarang jabatan fungsional guru cenderung ditinggalkan jika punya peluang meraih jabatan struktural, maka kita setiap hari dapat menjumpai bapak camat dengan bed nama gelar S.Pd ( sarjana pendidikan ).
Dari paparan diatas jelas bagi kita kompetisi adalah kegiatan yang harus dilakukan jika kita ingin meningkatkan kompetensi guru, dengan demikian akan terbentuk kwalitas guru sesuai dengan perkembangan tantangan jaman. Pola sertifikasi sebagai kebijakan baru dengan harapan pembentukan guru yang profesional kurang efektif karen sangat membuka peluang untuk curang dan tidak melahirkan motivasi bagu guru untuk berbenah diri karena pada akhirnya akan lulus sertifikasi.
IV. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ( LPTK )
Pembangunan Pendidikan kurang berhasil di Indonesia jika tidak ingin kita sebut gagal, salah satu komponen yang perlu mendapat kajian ulang adalah LPTK , sejauhmana lembaga ini telah membenahi produknya yakni calon guru dengan tuntutan kompetensinya diera teknologi dan komunikasi.
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) sebagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan di masa lampau dalam proses pembentukan mahasiswa menyandang gelar sarjana pendidikan kurang memperhatikan relevansi lulusannya dengan lapangan kerja, kompetensi lulusannya dengan tuntutan perkembangan jaman. Penulis sebagai alumni sangat prihatin dengan besarnya pengangguran untuk jurusan bahasa asing seperti bahasa prancis, jerman karena ternyata pemerintah tidak pernah menerima jurusan tersebut dalam seleksi calon pegawai negeri karena kurikulum dalam beberaba dekade tidak membutuhkan tenaga pendidik untuk bahasa asing.
Masalah lain yang muncul ketika alumni LPTK bekerja sebagai guru mereka tidak memiliki kompetensi dalam bidang teknologi dan informasi antara lain kemampuan dalam penyusunan, penggunaan media berbasis teknologi dan informasi. Demikian segelintir contoh kelemahan yang dapat kita lihat dari sekian banyak kendala dan kelemahan yang kita temui ketika kita melakukan bimbingan terhadap mahasiswa IKIP yang melakukan praktek kerja lapangan ( PPL ), ’’Mengapa demikian ’’? Jawabnya untuk menjadi guru memang tidak cukup dibekali hanya dengan diktat dan tugas-tugas berbentuk makalah lalu diluluskan dengan indeks prestasi yang tinggi.
V. Kesimpulan
Mengingat mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan negara pemerintah perlu mengkaji dan menetapkan startegi yang jelas, melakukan analisis SWOT ( strengths: kekuatan, weaknesses : kelemahan, oportunities : kesempatan dan threats : ancaman ) dalam bidang pendidikan untuk dapat menetapkan kebijakan dalam pembangunan pendidikan itu sendiri. Berdasarkan pengamatan penulis ada berbagai kelemahan kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan dimasa lalu, antara lain :
1. Pemerintah belum menjadikan pembangunan pendidikan sebagai perioritas terbukti dari anggaran yang dikucurkan belum sesuai dengan amanat konstitusi.
2. Pemerintah memberi perhatian yang cukup besar untuk institusi akademi militer, akademi kepolisian, STAN, STPDN dan lain-lain.Ketatnya seleksi untuk masuk, lengkapnya sarana-prasarana, serta jaminan penempatan dan kesejahteraan alumni menjadikan institusi ini pilihan favorit bagi calon mahasiswa. Berbeda halnya dengan LPTK, lembaga ini menjadi pilihan terakhir bagi calon mahasiswa karena kurang menjanjikan dalam segala hal serta dianggap kurang bergengsi.
3. Kebijakan sertifikasi guru dengan janji peningkatan kesejahteraan menuai banyak masalah dan kurang berarti dalam upaya peningkatan kompetensi guru karena dalam pelaksanaannya syarat dengan kecurangan, serta tidak membangkitkan motivasi guru untuk berbenah diri karena meskipun melalui seleksi poirtopolio gagal pada akhirnya semua akan lulus dengan pelatihan yang sangat singkat dan hasilnya dianggap sama yakni guru profesional.
4. Otonomi daerah hendaknya dijadikan sebagai motivasi pengembangan pendidikan didaerah sesuai dengan pola yang dianggap dapat memacu pencapaian tujuan artinya kewenangan yang begitu besar diberikan kepada kepala daerah jangan dijadikan sebagai kendaraan politik dengan mengajak pendidik dan tenaga kependidikan menjadi ”team sucsess” yang ingin sukses dalam karirnya.Penempatan guru, perekrutan pejabat pendidikan dan tenaga kependidikan harus benar-benar sesuai dengan kompetensi dan selalu berbasis kompetisi. Dengan demikian akan mendukung pengembagan pendidikan di berbagai daerah.
5. Pemanfaatan dana pendidikan yang tersedia harus benar-benar swakelola sehingga akan lebih mengena dan relevan serta menopang visi dan misi satuan kerja dalam lingkup pendidikan, sehingga dapat dimanfaatkan se-efisien mungkin. Selama ini kita selalu mempertanyakan kesesuaian anggaran pendidikan dengan hasilnya artinya dana pendidikan dapat digambarkan seperti batu es, yang meleleh pada setiap tangan yang disinggahi sehingga batu es tersebut semakin lama akan semakin mengecil tergantung seberapa banyak tangan yang harus disinggahi.
Demikian masalah kebijakan pemerintah yang dengan kasat mata dapat kita lihat dalam dunia pendidikan di Indonesia dan telah berlangsung lama tanpa upaya perbaikan. Ketika kita bicara tentang ketertinggalan kita dalam pembangunan pendidikan bila dihadapkan dengan negara lain maka pihak-pihak yang berkompeten selalu menyudutkan guru padahal jika kita kaji lebih dalam banyak faktor yang menyebabkan kita kurang berhasil dalam pengembangan pendidikan. Untuk itu mari kita lahirkan komitmen untuk membangun pendidikan di indonesia dengan melakukan pembenahan terhadap kekeliruan dima lampau. Pemerintah perlu mengkaji ulang berbagai kebijakan dalam dunia pendidikan di Indonesia sebelum terlambat.
BENARKAH SUARA RAKYAT SUARA TUHAN???
Pendahuluan
Dalam waktu dekat tepatnya 12 Mei 2010 Kabupaten Toba Samosir akan melaksanakan pemilihan kepala daerah. Sejak beberapa bulan lalu baliho kandidiat telah terbajang, program perekrutan team sucses telah dilaksaakan, bahkan menjelang hari pelaksanaan berbagai strategi dari 5 kandidat calon bupati dan wakil bupati periode 2010 -2015 pun telah digelar.
Respon masyarakat
Ketika kita ikut ambil bagian duduk bersama beserta masayarakat awam dengan tradisi duduk nongkrong di warung ( kedai tuak ) yang lebih dikenal dengan sebutan "PARMITU ", dapat dipastikan topik pembicaraan tidak akan luput dari masalah PILKADA. Terlepas apakah obyektif atau tidak akan lahir opini tentang kandidat, bahkan disertai dengan plesetan terhadap nama kandidat yang dudah diketahui ada 5 pasang.Akan tetapi ketika kita ikuti pada akhirnya kesimpulan akan terbentuk bahwa kemenangan terletak pada kemampuan kandidat bagi-bagi uang, dengan bahsa lain " adongdo uangna ???". Tragis, memprihatinkan, barangkali kata-kata ini yang pantas kita ucapkan atas pakta ini, ternyata dari perbuatan-perbuatan elit politik dengan strategy money politik selama ini telah membentuk budaya politik tepatnya budaya politik "PAROKIAL " yakni budaya politik dengan karakter dimana masyarakat tidak peduli dengan siapa dan bagaimana pemerintah artinya rakyat merasa saat pemilihan umum dimana kandidat butuh suara, maka saat inilah rakyat harus menerima bayaran.Rakyat berasumsi siapapun yang menduduki jabatan politis, ketika terpilih dia akan lupa dengan janjinya, dia akan ingkar, dia akan meraup keuntungan besar dari jabatnnya.
Demokrasi Langsung antara harapan dan kenyataan
Rezim ordebaru yang divonis tidak demokratis sarat dengan KKN melatarbelakangi kenginan rakyat untuk melakukan reformasi, rakyat menyambut baik, kemudian pilihan lahir untuk melaksanakan demokrasi langsung dengan asumsi "suara rakyat adalah suara Tuhan ".akan tetapi apa yang terjadi saat ini sungguh jauh dari harapan, money politik menjadi modal untuk menduduki jabatan politis barang kali kita harus merubah stetmen yakni " Suara rakyat adalah suara uang "
Dalam waktu dekat tepatnya 12 Mei 2010 Kabupaten Toba Samosir akan melaksanakan pemilihan kepala daerah. Sejak beberapa bulan lalu baliho kandidiat telah terbajang, program perekrutan team sucses telah dilaksaakan, bahkan menjelang hari pelaksanaan berbagai strategi dari 5 kandidat calon bupati dan wakil bupati periode 2010 -2015 pun telah digelar.
Respon masyarakat
Ketika kita ikut ambil bagian duduk bersama beserta masayarakat awam dengan tradisi duduk nongkrong di warung ( kedai tuak ) yang lebih dikenal dengan sebutan "PARMITU ", dapat dipastikan topik pembicaraan tidak akan luput dari masalah PILKADA. Terlepas apakah obyektif atau tidak akan lahir opini tentang kandidat, bahkan disertai dengan plesetan terhadap nama kandidat yang dudah diketahui ada 5 pasang.Akan tetapi ketika kita ikuti pada akhirnya kesimpulan akan terbentuk bahwa kemenangan terletak pada kemampuan kandidat bagi-bagi uang, dengan bahsa lain " adongdo uangna ???". Tragis, memprihatinkan, barangkali kata-kata ini yang pantas kita ucapkan atas pakta ini, ternyata dari perbuatan-perbuatan elit politik dengan strategy money politik selama ini telah membentuk budaya politik tepatnya budaya politik "PAROKIAL " yakni budaya politik dengan karakter dimana masyarakat tidak peduli dengan siapa dan bagaimana pemerintah artinya rakyat merasa saat pemilihan umum dimana kandidat butuh suara, maka saat inilah rakyat harus menerima bayaran.Rakyat berasumsi siapapun yang menduduki jabatan politis, ketika terpilih dia akan lupa dengan janjinya, dia akan ingkar, dia akan meraup keuntungan besar dari jabatnnya.
Demokrasi Langsung antara harapan dan kenyataan
Rezim ordebaru yang divonis tidak demokratis sarat dengan KKN melatarbelakangi kenginan rakyat untuk melakukan reformasi, rakyat menyambut baik, kemudian pilihan lahir untuk melaksanakan demokrasi langsung dengan asumsi "suara rakyat adalah suara Tuhan ".akan tetapi apa yang terjadi saat ini sungguh jauh dari harapan, money politik menjadi modal untuk menduduki jabatan politis barang kali kita harus merubah stetmen yakni " Suara rakyat adalah suara uang "
Selasa, 26 Januari 2010
PROFESIONALISME GURU
se-sulit " Memanusiakan Manusia " demikian gambaran tantangan yang kita hadapi ketika kita ingin mewujudkan profesionalisme guru.
Kebijakan Pemerintah melalui program sertifikasi guru sepertinya kurang mengena pada kebutuhan yang sebenarnya, guru tidak mungkin profesional dengan pelatihan selama waktu satu minggu.
Iklim kompetisi dalam dunia pendidikan adalah salah satu hal yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan, sehingga memacu semua guru untuk berbenah diri.Dengan iklim yang kompetitip dalam dunia pendidikan maka akan terlihat siapa guru yang kreatif dan guru yang tidak kreatif.
jika pemerintah memberlakukan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan diukur dari kompetensi seseorang, maka kita yakini hal ini akan berdampak luas pada pemabangunan bidang pendidikan kita.
"Jangan Membagi Dana Pendidikan dengan konsep keadilan "sama rasa sama rata" akan tetapi mari Membagi Dana Pendidikan dengan konsep keadilan "Distributif "
Kebijakan Pemerintah melalui program sertifikasi guru sepertinya kurang mengena pada kebutuhan yang sebenarnya, guru tidak mungkin profesional dengan pelatihan selama waktu satu minggu.
Iklim kompetisi dalam dunia pendidikan adalah salah satu hal yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan, sehingga memacu semua guru untuk berbenah diri.Dengan iklim yang kompetitip dalam dunia pendidikan maka akan terlihat siapa guru yang kreatif dan guru yang tidak kreatif.
jika pemerintah memberlakukan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan diukur dari kompetensi seseorang, maka kita yakini hal ini akan berdampak luas pada pemabangunan bidang pendidikan kita.
"Jangan Membagi Dana Pendidikan dengan konsep keadilan "sama rasa sama rata" akan tetapi mari Membagi Dana Pendidikan dengan konsep keadilan "Distributif "
Kamis, 16 April 2009
CERITA DIBALIK PEMILU CALEG TOBASA
Adanya keputusan Mahkamah Konstitusi tentang "suara terbanyak " dalam menentukan siapa yang layak menduduki jatah kursi pada DPRD Kab/Kota membangkitkan semangat bersaing bagi para caleg antar partai maupun inter partai.Dengan keadaan ini cerita anehpun terjadi menjelang dan sesudah pemilu di toba samosir.
Pada awal pencalonannya seorang caleg bersikap biasa saja karena dia berada pada nomor urut yang kurang berpeluang, akan tetapi dengankeputusan Mahkamah Konstitusi tentang suara terbanyak, gairahpun lahir meskipun titik start sebenarnya sudah tertinggal. Dengan keterbatasan wawasan dan dukungan material hasrat memperoleh suara terbanyak semakin kuat dalam benaknya.
Bagaimana memperoleh dukungan dana, itulah yang pertama terbersit dalam hatinya, adik kandung yang telah bekerja sebagai TKW di malaysiapun menjadi sasaran. Dengan kata-kata manis berisi harapan-harapan yang diucapkan melalui Hand Phone cukup sebagai modal dan beberapa hari kemudian danapun di transfer via rekening on line.Dengan penuh keyakinan si caleg mulai melangkah jauh, menciptakan strategi untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya, bagi-bagi duit adalah strategi jitu yang diyakininya.
Pada pagi hari si caleg berangkat menuju sebuah desa yang merupakan bagian daerah pemilihan dimana dia menjadi caleg dia bertemu dengan seseorang yang pernah dikenal sebelumnya bernama Bonar, tanpa panjang lebar sicaleg berseru, tolong buatkan kelompok dan tuliskan dalam daftar, besok saya akan bagikan serangan fajar untuk itu.Bonar sebagai penduduk desa yang memiliki warung sebenarnya telah menjadi tim sukses dari beberapa caleg, akan tetapi dia tidak mau menyianyiakan kesempatan. Pada malam harinya si Bonar berpikir panjang bagaimana mungkin menggarap orang dengan waktu satu malam.Dalam angannya Bonarpun memandang kedingding rumahnya, disana tertempel silsilah marganya dari keturunan pertama sampai ke enam belas.
Jalan pintas itulah yang lahir dalam hati Bonar pada malam itu, dengan cepat Bonar mencatat nama-nama yang tertera dalam silsilah itu, kesemuanya telah berpredikat Oppu artinya telah memiliki cucu, dalam sekejap tercipta daftar nama dengan anggota sebanyak 40 orang. Keesokan harinya Bonar menuju kota Balige dimana rumah sicaleg berada, lalu masuk dan menyerahkan daftar. Sambutan hangat dan kata-kata terima kasih terlontar dari mulut celeg disertai pujian dan sanjungan pada Bonar pada saat itu. sesuai janji sicaleg langsung membayar tunai 40 orang x Rp.50.000 =Rp.2000.000,-.
Pada hari pemilihan dengan penuh keyakinan si caleg berangkat menuju TPS desa dimana ia telah menerima daftar nama kelompok yang diyakini akan mencontreng namanya. Dari awal hingga akhir penghitungan suara tak sekalipun ia mendengan namanya, maka diapun memberanikan diri menanyakan daftar nama yang berada ditangannya pada orang disebelahnya, orang tersebut menatap dan langsung menawarkan tangannya untuk disalam sambil berseru " kita satu marga ". Sicaleg mualai heran dan penasaran sambil berseru maksud lae apa ? Orang tersebut menjelaskan bahwa daftar tersebut berisi nama nenek moyang marga tambunan dari keturunan sigaro-garo. Si caleg akhirnya sadar bahwa dia telah tertipu oleh Bonar. Bonar telah menyerahkan nama-nama orang yang telah meninggal sebagai pendukungnya. Hahhaaaa,.....ada-ada saja.
Pada awal pencalonannya seorang caleg bersikap biasa saja karena dia berada pada nomor urut yang kurang berpeluang, akan tetapi dengankeputusan Mahkamah Konstitusi tentang suara terbanyak, gairahpun lahir meskipun titik start sebenarnya sudah tertinggal. Dengan keterbatasan wawasan dan dukungan material hasrat memperoleh suara terbanyak semakin kuat dalam benaknya.
Bagaimana memperoleh dukungan dana, itulah yang pertama terbersit dalam hatinya, adik kandung yang telah bekerja sebagai TKW di malaysiapun menjadi sasaran. Dengan kata-kata manis berisi harapan-harapan yang diucapkan melalui Hand Phone cukup sebagai modal dan beberapa hari kemudian danapun di transfer via rekening on line.Dengan penuh keyakinan si caleg mulai melangkah jauh, menciptakan strategi untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya, bagi-bagi duit adalah strategi jitu yang diyakininya.
Pada pagi hari si caleg berangkat menuju sebuah desa yang merupakan bagian daerah pemilihan dimana dia menjadi caleg dia bertemu dengan seseorang yang pernah dikenal sebelumnya bernama Bonar, tanpa panjang lebar sicaleg berseru, tolong buatkan kelompok dan tuliskan dalam daftar, besok saya akan bagikan serangan fajar untuk itu.Bonar sebagai penduduk desa yang memiliki warung sebenarnya telah menjadi tim sukses dari beberapa caleg, akan tetapi dia tidak mau menyianyiakan kesempatan. Pada malam harinya si Bonar berpikir panjang bagaimana mungkin menggarap orang dengan waktu satu malam.Dalam angannya Bonarpun memandang kedingding rumahnya, disana tertempel silsilah marganya dari keturunan pertama sampai ke enam belas.
Jalan pintas itulah yang lahir dalam hati Bonar pada malam itu, dengan cepat Bonar mencatat nama-nama yang tertera dalam silsilah itu, kesemuanya telah berpredikat Oppu artinya telah memiliki cucu, dalam sekejap tercipta daftar nama dengan anggota sebanyak 40 orang. Keesokan harinya Bonar menuju kota Balige dimana rumah sicaleg berada, lalu masuk dan menyerahkan daftar. Sambutan hangat dan kata-kata terima kasih terlontar dari mulut celeg disertai pujian dan sanjungan pada Bonar pada saat itu. sesuai janji sicaleg langsung membayar tunai 40 orang x Rp.50.000 =Rp.2000.000,-.
Pada hari pemilihan dengan penuh keyakinan si caleg berangkat menuju TPS desa dimana ia telah menerima daftar nama kelompok yang diyakini akan mencontreng namanya. Dari awal hingga akhir penghitungan suara tak sekalipun ia mendengan namanya, maka diapun memberanikan diri menanyakan daftar nama yang berada ditangannya pada orang disebelahnya, orang tersebut menatap dan langsung menawarkan tangannya untuk disalam sambil berseru " kita satu marga ". Sicaleg mualai heran dan penasaran sambil berseru maksud lae apa ? Orang tersebut menjelaskan bahwa daftar tersebut berisi nama nenek moyang marga tambunan dari keturunan sigaro-garo. Si caleg akhirnya sadar bahwa dia telah tertipu oleh Bonar. Bonar telah menyerahkan nama-nama orang yang telah meninggal sebagai pendukungnya. Hahhaaaa,.....ada-ada saja.
Langganan:
Postingan (Atom)